Jumat, 29 Januari 2010

PENDAHULUAN

Perbedaan pendapat pada manusia adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dimungkiri karena itu adalah fitrah yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Kalau manusia sejak kecilnya memandang alam sekelilingnya dengan pandangan philosofis, sedang pandangan orang-orang berbeda-beda dalam segala aspek kehidupan, maka kelanjutan ialah bahwa gambaran dan imajinasi manusia juga berbeda-beda.
Semakin jauh orang melangkah dalam civilisasi dan kebudayaan, semakin jauh pula perbedaan itu, sehingga timbullah aliran-aliran dalam filsafat, sosial, ekonomi bahkan masalah theology dan sebagainya.
Manusia dan Perbedaan Pendapat
Manusia sebagai makluk Allah yang diciptakan dengan kesempurnaan akal yang diberikan kepadanya telah menjadi pembeda antara manusia itu sendiri dengan makhluk selainnya. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa Allah pun menganjurkan atau bahkan mewajibkan potensi yang Allah berikan tersebut dengan memaksimalkannya untuk kebaikan. Maka, dengan kemajuan zaman yang pesat manusia khususnya muslim dituntut untuk menggunakan akalnya untuk menemukan berbagai rahasia Allah di muka bumi ini.
Akal yang telah mengangkat derajat manusia dari makhluk lainnya pun tak pelak dari keterbatasan, tapi apa lacur bahwa kadang manusia terlalu berlebihan dalam menghambakan diri dengan potensi yang Allah berikan kepadanya, dan pada akhirnya posisi Allah tergeser dengan akal yang Allah telah berikan kepada manusia.
Keterbatasan yang dimiliki oleh seseorang berbeda-beda, yang dengan perbedaan batasan kemampuan akal tersebut maka hal-hal dalam pemikiran mereka juga berbeda, dan diantara sebab-sebab perbedaan meliputi :
• Kejanggalan suatu persoalan
• Perbedaan kecondongan dan watak
• Perbedaan lapangan Ilmu
• Taklid kepada orang terdahulu
• Perbedaan pengetahuan dan cakrawala.
Dari beberapa sebab di atas sudah memunculkan pandangan bahwa perbedaan pendapat yang terjadi kala ini pun sudah menjadi tabiat dan sifat manusia dimana dan bilamana saja, tak mau ketinggalan Muslimin pun punya pandangan yang berbeda dalam beberapa hal, tapi masih menyisakan hal-hal pokok yang mereka sepakat atasnya, antara lain :
• Ke-Esa-an Tuhan
• Kedudukan Muhammad SAW sebagai Rasulullah
• Kedudukan Al-Qur’an sebagai wahyu
• Rukun Islam
• Hal-hal yang pasti dan jelas termaktub dalam Al-Qur’an dan tersebut dalam Assunnah, sebagai pedoman utama kehidupan mereka.
Hal-hal tersebut sangat tidak mungkin untuk terjadi perselisihan atasnya, karena kesemuanya adalah pokok-pokok utama dalam ber-Islam dan ber-Iman. Jika hilang atau gugur salah satunya maka mungkin untuk terjadinya kemurtadan dari Islam. Jikalau muslimin hari ini bertengkar maka yang dipertentangkan adalah hal-hal yang sebenarnya bukan pokok utama Islam tetapi tentang cabang-cabang dari Islam, itupun karena cara pandang mereka yang berbeda dan perbedaan tinjauan yang mereka lakukan. Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa dengan keberagaman pendapat dalam masalah cabang ini, Islam lebih bisa diterima oleh banyak kalangan.
Perbedaan yang terjadi pada masa dahulu dan bisa juga pada masa sekarang tidak jauh dari gejala-gejala kemanusiaan pada umumnya seperti beberapa hal berikut ini :
1. Kefanatikan terhadap kelompok
2. Perebutan kekuasaan
3. Kehidupan berdampingan dengan masyarakat non Muslim
4. Munculnya filsafat sebagai keilmuaan dalam beberapa bahasa yang diterjemahkan dalam bahasa Arab
5. Banyak pembicaraan yang terlalu rumit dan pelik
6. Ayat-ayat yang mutasyabihat dalam Al-Qur’an
7. Jurispudensi dalam hukum Islam
Paling tidak dari beberapa perbedaan pendapat yang muncul dalam hal tersebut diatas, muncullah aliran-aliran Islam dalam tiga macam bidang, yaitu bidang politik, Teologi Islam, dan hukum Islam. Yang didalam bidang-bidang tersebut terdapat beberapa aliran yang bertentangan.
Dalam hal ini, teologi Islam atau Ilmu Kalam yang diakui oleh beberapa pakar bahwa Ilmu yang paling banyak pertentangan di dalamnya telah memunculkan aliran-aliran yang cukup beragam. Namun sebenarnya perbedaan pendapat ini tidak lain hanya didasarkan pada tujuan ulama-ulama dalam bidang ini untuk mempertahankan dan memantapkan kepercayaan-kepercayaan Islam.
Oleh as-Syihriztani penggolongan aliran dalam bidang ini harus didasarkan pada 4 persoalan pokok yang melahirkan persoalan-persoalan lain yang timbul daripadanya. Keempat persoalan itu adalah sebagai berikut:
1. Sifat-sifat Tuhan dan peng-Esaan sifat. Perselisihan tentang pokok-pokok persoalan ini menimbulkan aliran-aliran Asy'ariah, Karramiah, Mujassimah dan mu'tazilah.
2. Qadar dan keadilan Tuhan. Perselisihan tentang soal ini menimbulakn golongan-golongan: Qadariah, Nijariah, Jabariah, Asy"ariah dan Karamiah.
3. Janji dan ancaman (al-wa'du wal wa'idu), nama dan hukum ( asma wal ahkam, maksudnya tentang iman dan batas-batasnya serta keputusan iman yang lengkap). Persoalan ini menimbulkan aliran-aliran Murjiah, Wa'idiah, Mu'tazillah, Asy'ariah dan Karramiah.
4. Sama' dan akal (maksudnya: apakah kebaikan dan keburukan hanya diterima dari syara' atau dapat dikemukakan akal pikiran), keutusan nabi dan imamah (khilafat). Persoalan ini menimbulkan aliaran Syi'ah, Khawarij, Mu'tazilah, Karamiah dan Asy'ariah. Yang dari keempat itu akan muncul 73 golongan atau aliran.
Apakah ada perbedaan yang mendasar antara kelompok golongan-golongan politik dan aliran teologi Islam? Ada. Yang mendasari perbedaan keduanya adalah motif berdirinya kelompok tersebut. Kalau golongan politik muncul karena soal-soal politik, kepemimpinan, atau pengurusan Muslimin maka golongan ini termasuk dalam “golongan politik’. Berbeda dengan “golongan Teologi Islam yang perbedaan muncul karena masalah kepercayaan semata-mata. Akan tetapi memang sulit untuk membedakan keduanya karena keduanya selalu bertautan. Golongan politik selalu bertalian erat dengan agama, begitu juga untuk memuluskan jalannya aliran Teologi Islam maka golongan ini menjadikan kekuatan politik untuk sekedar diterima sebagai kepercayaan yang diakui oleh penguasa. Tapi bukan tidak mungkin untuk akhirnya kita memisahkan kedua kelompok tersebut. Dari proses pengelompokan teologi Islam kita akan mendapati beberapa kelompok, yaitu :
1. Aliran Muktazilah
2. Aliran Asy’ariah
3. Aliran Maturidiah
4. Aliran Salaf
5. Aliran Wahabiah
6. Syaikh M. Abduh
7. Ibnu Rusyd
Dalam pengelompokan ini tidak dimasukkan kelompok Qadariah dan Jabariah serta Murjiah kedalam golongan Teologi Islam dengan beberapa alasan antara lain :
• Kelompok Murjiah bukan merupakan golongan politik bukan pula golongan Teologi Islam.
• Golongan Qadariah dan Jabariah lebih tepat kalau dikatakan sebagai penyelewengan pikiran dan cara berpikir.
Mencermati munculnya aliran-aliran baru dalam Islam, yang terlihat semakin meresahkan, maka sebagai akademisi, mahasiswa perlu membacanya dari pelbagai sisi, baik itu sisi psikologis, sosiologis, demografis, ekonomis, politis, dan religius sehingga tidak sekedar klaim bahwa kemunculan adanya kelompok-kelompok baru dalam Islam adalah sebuah perpecahan ataupun penodaan agama, walaupun kelompok ini jelas membawa kemudharatan dalam Islam. Sehingga masalah ini terpecahkan dengan solusi tepat tanpa ada korban yang merasa dirugikan.
Hal munculnya aliran-aliran dalam Islam baru-baru ini bukanlah sebuah fenomena yang baru bagi Islam. Islam sudah mulai terpecah sejak meninggalnya Rasulullah sebagai pembawa risalah Allah.
Bermula dari masalah politik sampai pada masalah yang berhubungan dengan furu’ tauhid maupun fiqh. Maka tidak dapat dipungkiri akhirnya membawa dampak besar terhadap pertentangan antar muslim masa kini.
Perlu adanya peran dari para ahli agama yang bisa meluruskan arah perbedaan yang muncul dikalangan muslim agar bisa memahami perbedaan yang terjadi dan tidak terpecah belah karena masalah yang sebenarnya bukan masalah utama dalam Islam. Namun perlu juga dipertimbangan dan kembali dikaji kelompok-kelompok baru yang muncul yang mungkin bisa dibilang sudah sedikit banyak melenceng dari esensi ajaran Islam.

KESIMPULAN
Perbedaan pendapat pada manusia adalah fitrah dari tuhan. Perbedaan pendapat juga terjadi dalam agama Islam terutama masalah theology. Semua aliran teology dalam Islam, baik Asy'ariah, Maturidiah apalagi Mu'tazilah sama-sama mengunakan akal dalam menyelesaikan persoalan-persoalan teologi yang timbul di kalangan umat Islam. Perbedaan pendapat yang terjadi antara aliran-aliran itu perbedaan dalam derajat kekuatan yang diberikan kepada akal. Kalau Mu'tazilah berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang kuat, Asy'riah sebaliknya berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang lemah.
Semua aliran juga berpegang kepada wahyu. Dalam hal ini perbedaan yang terdapat antara aliran-aliran itui hanyalah berbedaan dalam interpretasi mengenai ayat-ayat Al-quran dan hadist. Perbedaan dalam interpretasi inilah sebenarnya yang menimbulkan aliran-aliran yang berlainan. Hal ini tidak ubahnya sebagai hal yang terdapat dalam bidang hukun Islam atau fiqih. Di sana juga, terdapat perbedaan interpretasi yang melahirkan mazhab-mazhab seperti yang kita kenal sekarang, yaitu mazhab Hanafi,Maliki, Syafi'I, dan Hambali.
Pada hakekatnya perbedaan dalam Islam baik yang menyangkut perbedaan teologi yang melahirkan aliran-aliran juga perbedaan dalam bidang hukum dan fiqih yang melahirkan empat mazhab yang berpengaruh di seluruh dunia yaitu mazhab Hanafi, Maliki, Hambali, dan Syafi'i dalam fiqh dan Asy’ariyah, maturidiyah, dan Mu’tazilah dalam Kalam.
Dengan demikian setiap orang Islam bebas memilih salah satu dari aliran-aliran teologi tersebut, yaitu aliran mana sesuiai dengan jiwa dan pendapatnya. Hal ini tidak ubahnya pula dengan kebebasan setiap orang Islam memilih mazhab fiqih mana yang sesuai dengan jiwa dan kecerendungannya. Dari sinilah terlihat hikmat ucapan Nabi Muhammad s.a.w. " Perbedaan di kalangan umatku membawa rahmat".
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Ahmad. Pengantar Theologi Islam, PT.Al Husna Zikra, Jakarta,1995.
Nasution, Harun. Teologi Islam (aliran-aliran sejarah analisisa perbandingan), Penerbit universitas Indonesia, Jakarta, 1986.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar