Jumat, 29 Januari 2010

Teori Kebenaran Ilmiah

RESUME KEBENARAN ILMIAH

Pengertian Kebenaran
Apabila seseorang mempercayai pengetahuan sebagai penemu sebuah kebenaran dan kepastian, maka orang tersebut akan menghadapi segala hal yang mendasar dan hal yang mendasari sikap dan wawasannya.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dituliskan oleh Purwodarminta ditemukan arti kebenaran, yakni: keadaan {hal dan sebagainya} yang benar, sesuatu yang benar, kejujuran, ketulusan hati, selalu izin, perkenaan dengan jalan kebetulan. Kata “kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak.
Sebuah kebenaran akan bernilai ilmiah bila kebenaran tersebut dapat terbukti secara rasio dan empiri baik secara subjektif maupun objektif.
Teori-Teori Kebenaran
Dalam perkembangan pemikiran filsafat tentang kebenaran sudah dimulai sejak Plato yang kemudian diteruskan oleh Aristoteles. Teori –teori kebenaran yang telah terlembaga sampai saat ini antara lain adalah:
1. Teori Kebenaran Korespondensi
Teori ini diketahui sebagai teori paling tua. Maka dari itu teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal dan paling tua yang berangkat dari teori pengetahuan Aristoteles yang menyatakan segala sesuatu yang kita ketahui adalah sesuatu yang dapat dikembalikan kepada kenyataan yang dikenal oleh subjek.
2. Teori Kebenaran Koherensi
Kebenaran koherensi ini dikenal juga dengan kebenaran tradisional. Teori kebenaran koherensi atau disebut juga teori konsistensi menyebutkan bahwa kebenaran tidak dibentuk oleh hubungan antara putusan dengan sesuatu hal yang lain. Bisa berarti juga kebenaran itu dibentuk atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan sebelumnya yang sudah diketahui dan dianggap benar.
3. Teori Kebenaran Pragmatis
Didalam Kamus Dictionary of Philosophy, Degobert D Runes, menyebutkan teori kebenaran pragmatis sebagai teori yang menegaskan bahwa kebenaran dari suatu proposisi ditentukan oleh akibat-akibat praktisnya. Maka tiada kebenaran yang bersifat mutlak, berlaku umum, bersifat tetap, berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal, sebab pengalaman itu berjalan terus dan segala yang dianggap benar dalam perkembangannya pengalaman itu senantiasa berubah.
4. Teori Kebenaran Sintaksis
Teori kebenaran sintaksis bertolak pada keteraturan sintaksis atau gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekat.
5. Teori Kebenaran Semantis
Teori kebenaran semantis menyatakan bahwa proposisi itu mempunyai nilai kebenaran bila proposisi itu memiliki arti. Arti ini dengan menunjukkan makna yang sesungguhnya dengan definitif.
6. Teori Kebenaran Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat diantara dua term. Ada tiga hal pokok dalam suatu proposisi yaitu subjek, predikat, dan tanda {kopula}. Penghubungan antara subjek dengan predikat itulah tanda, dan sering disebut dengan “Kopula”.
7. Teori Kebenaran Performatif
Teori kebenaran performatif ialah suatu ungkapan dipandang benar jika dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan konkrit. Sebaliknya akan menjadi tidak bermakna bila tidak bisa terwujud dalam tampilan senyatanya.
Sifat Kebenaran
Menurut Abbas Hamami Mintaredja {1983} kata kebenaran digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak. Jika subjek menuturkan kebenaran atau proposisi yang benar.
Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif, maksudnya ialah bahwa kebenaran dari suatu teori atau paradigma yang harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam keadaan objektif.
Kebenaran yang berkaitan dengan kualitas pengetahuan artinya bahwa setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui suatu objek diteliti dari jenis pengetahuan yang dibangun. Pengetahuan seperti ini memiliki kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal.
Kebenaran yang dikaitkan dengan sifat atau karakteristik bagaimana seseorang membangun pengetahuannya itu. Artinya, jika seseorang membangunnya melalui indera maka pada saat itu ia membuktikan kebenaran pengetahuan melalui indera pula, begitu juga dengan cara yang lain. Seseorang tidak dapat membuktikan kebenaran inderawi dengan cara kebenaran intuitif.
Pengetahuan kebenaran yang dikaitkan dengan ketergantungan terjadinya pengetahuan. Artinya bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan objek, manakah yang dominan untuk membangun pengetahuan itu. Jika subjek yang berperan maka pengetahuan itu mengandung nilai kebenaran subjektif, artinya kebenaran itu mengandung pada subjek yang dimiliki pengetahuan itu. Jika objek yang berperan maka kebenaran itu bersifat objektif, seperti pengetahuan tentang alam atau ilmu-ilmu alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar